Sejarah Luthu Lamweu



Asal Usul Gampong (Legenda )

Menurut sejarah nama Gampong Luthu Lamweu berasal dari dua suku kata yang sangat berbeda yaitu: Lueng tho yang artinya saluran air yang kering, dimana disekitar Gampong terdapat aliran sungai kecil yang bersumber dari gunung yang mengalir ke Krueng Aceh sampai kelaut, yang kemudian dari kata Lueng tho berkembang menjadi Luthu, sedangkan kata Lamweu Berasal dari kata Lamwie dari kata Jawie yang artinya kirian, yang artinya juga tempat yang letaknya agak terasing dari keramaian, kemudian kata Wie berkembang menjadi Weu yang artinya suatu tempat berkumpul binatang ternak untuk istirahat atau juga dapat diartikan kandang dari padanan dari dua kata Lueng tho dan Lamwie tersebut dapat diartikan aliran sungai kering di pinggiran sementara jika diartikan menurut kata Luthu Lamweu dapat berarti suatu wilayah yang letaknya dipinggiran yang memiliki lintasan anak sungai dan terdapat banyak binatang ternak gembalaan, yang kemudian menjadi pemukiman penduduk sehingga secara resmi pada tahun 1930-an bernama Luthu Lamweu.


Sejarah Pemerintahan Gampong

Urutan pemimpin pemerintahan Gampong Luthu Lamweu atau Keuchik menurut informasi para tetua Gampong sejak dari sebelum kemerdekaan Indonesia sampai dengan tahun 2022. Pada periode 1920 hingga 1940, kepemimpinan Geuchik dipegang oleh Yusuf dengan sistem kerajaan yang menjadi dasar pemerintahan saat itu. Memasuki tahun 1940 hingga 1946, Agam memimpin dengan sistem diktator yang berbeda dengan sebelumnya. Perubahan signifikan terjadi pada tahun 1946 hingga 1966, di mana Ahmad menjadi Geuchik dengan mengadopsi sistem gotong royong. Ahmad Abu kemudian meneruskan pemerintahan pada tahun 1966 hingga 1967 dengan sistem yang sama.

Setelah masa singkat kepemimpinan Ahmad Abu, M. Ali Isa mengambil alih kepemimpinan dari tahun 1970 hingga 1986, masih dengan sistem gotong royong. Pada tahun 1986 hingga 1988, pemerintahan dipimpin bersama oleh Sulaiman Hajar dan M. Ali Usman.

Selanjutnya, pada periode 1988 hingga 1999, Syahbuddin memimpin dengan perubahan sistem menjadi demokrasi. Sistem ini terus berlanjut dalam kepemimpinan Syarifuddin yang menjabat dari tahun 1999 hingga 2007, dan kemudian melanjutkan periode kedua hingga 2014.

Pada tahun 2014 hingga 2020, Jafaruddin mengambil alih pemerintahan, masih dalam sistem demokrasi. Setelahnya, pada tahun 2021, Aslim SE diangkat sebagai Penjabat Geuchik selama satu tahun. Sejak tahun 2021 hingga sekarang, Jafaruddin kembali memimpin dengan sistem demokrasi yang terus berlangsung hingga saat ini.

Sejarah Pembangunan Gampong

Pembangunan gampong Luthu Lamweu sudah dimulai dari masa pemerintahan Keuchik Ahmad pada tahun 1966 dan sampai sekarang masih terus berlanjut dengan adanya dana desa yang masuk gampong untuk pembangunan.

Pada tahun 1945 hingga 1972, Gampong Luthu Lamweu membangun sebuah meunasah yang bentuknya mirip dengan rumah tradisional Aceh. Pada saat itu, pemerintah memberikan sebuah sepeda kepada Geuchik sebagai bentuk penghargaan, yang memberikan manfaat bagi masyarakat setempat.

Kemudian, pada periode 1972 hingga 1987, terjadi perubahan nama dusun di gampong ini, yaitu Dusun Lamraya, Dusun Lamweu, dan Dusun Amplam Batee, menandai kemajuan dalam perkembangan wilayah tersebut.

Namun, situasi berbeda terjadi pada periode 2001 hingga 2007, ketika suasana komplik politik dan keamanan melanda wilayah tersebut. Pemberlakuan jam malam serta bencana alam berupa gempa bumi dan gelombang tsunami menyebabkan penderitaan bagi warga, yang pada saat itu hidup dalam ketidakbebasan dan kesulitan.

Memasuki tahun 2008 hingga 2014, pembangunan di Gampong mulai berkembang dengan beragam program, seperti PNPM, BKPG, dan ADG, yang hasilnya mulai dinikmati oleh warga. Infrastruktur dan fasilitas yang dibangun memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.

Sejak tahun 2015 hingga sekarang, pembangunan Gampong semakin baik, terutama setelah desa diberikan kewenangan penuh dalam mengelola keuangan dan kegiatan gampong. Dengan kemampuan yang lebih baik dalam mengelola administrasi dan keuangan, masyarakat kini dapat merasakan kemajuan yang signifikan dalam pembangunan dan kesejahteraan di wilayah mereka.

Luas dan Sebaran Penggunaan Lahan

Pada umumnya lahan yang terdapat di wilayah Gampong Luthu Lamweu digunakan secara produktif.Hal ini menunjukan bahwa kawasan Gampong Luthu Lamweu memiliki sumber daya alam yang memadai dan siap untuk diolah.  Lahan di wilayah ini terbagi ke dalam berbagai jenis penggunaan dengan total luas mencapai 769 hektar. Pemukiman warga menempati lahan seluas 15 hektar, sementara persawahan dibagi menjadi tiga jenis: persawahan teknis seluas 30 hektar, persawahan setengah teknis seluas 10 hektar, dan persawahan tadah hujan seluas 9 hektar. Perkebunan menjadi salah satu sektor terbesar dengan luas 205 hektar, diikuti oleh hutan rakyat yang mencakup 275 hektar. Hutan negara dan hutan lindung masing-masing memiliki luas 185 hektar dan 195 hektar. Selain itu, terdapat pekarangan seluas 7 hektar dan perkantoran yang menempati area seluas 1,5 hektar. Lahan untuk perkuburan umum tercatat memiliki luas 1 hektar, sementara tidak ada area yang dicatat untuk taman





Luthu Lamweu

Alamat
Dusun Lam Raya, Gampong Luthu Lamweu, Kec. Suka Makmur, Kab. Aceh Besar
Phone
085362150964
Email
[email protected]
Website
luthulamweu.sigapaceh.id

Kontak Kami

Silahkan Kirim Tanggapan Anda Mengenai Website ini atau Sistem Kami Saat Ini.

Total Pengunjung

23.246